Monday, November 20, 2006

Kuku, Gigi dan Hati Wanita

Cinta laki - laki itu seumpama gunung.
Ia besar tapi konstan dan sayangnya rentan.
Sewaktu - waktu ia bisa meletus dan memuntahkan lahar,
menghanguskan apa saja yang ditemuinya.
Tapi kalau cinta perempuan diibaratkan kuku.
Ia hanya seujung jari tapi selalu tumbuh perlahan2,
diam2 dan terus-menerus bertambah,
jika dipotong ia akan tetap tumbuh dan tumbuh lagi.

Perumpamaan di atas terilhami melalui dialog dalam adegan 'Bulan Tertusuk Ilalang'karya Garin Nugroho.
Betapa menakjubkan dan kalimat itu mengingatkan saya pada kenangan tentang sahabat saya
dan mamanya pada saat-saat SMP dahulu.Kala itu, nyaris setiap hari saya selalu
main di rumah sahabat saya yang jauh di daerah selatan kota. Saya tahu dia anak orang kaya,
Papanya pimpinan instansi pemerintah terkemuka di kota saya dan mamanya adalah ibu rumah tangga biasa.
Saya tak heran selalu mendapati barang-barang bagus dan bermerk di rumahnya yang masih dalam tahap renovasi. Sofa yang empuk, TV yang besar, dll.
Saya hanya berdecak kagum sekaligus iri. Tapi lama2 saya menyadari bahwa isi rumah semakin kosong dari hari ke hari setelah saya kesekian kali main di rumahnya.
Perabotan rumah yang satu per satu lenyap, TV yang tadinya 29 inch (di jaman dulu sangat jarang punya TV> ukuran begitu) namun lama-kelamaan mengkerut jadi 14 inch. Namun perubahan yang paling menyolok adalah pada wajah mama sahabat saya. Suatu ketika tak sengaja saya berbicara dengan beliau, saya dapati bahwa gigi depan ibu sahabat saya menjadi OMPONG! entah kemana 2-3 gigi depannya itu.
Saya tak berani, lebih tepatnya tak tega untuk menanyakan hal itu dan tak ingin berkesimpulan sendiri. Yang jelas, sebuah suara jauh di lubuk hati saya berkata "ada sesuatu yang buruk telah menimpa rumah itu".
Benarlah, tanpa diminta, sahabat saya suatu sore berkunjung ke rumah kami dan bercerita sambil menangis bahwa papanya selingkuh dengan perempuan lain dan karenanya, nyari tak pernah pulang ke rumah. Dan ini bukan main - main, perempuan itu hamil dan menuntut pertanggungjawaban papanya.
Dengan emosi, sahabat saya bertutur bahwa dia pernah diajak main ke tempat si perempuan itu dan papanya menyuruhnya memanggil "mama"ke si perempuan itu. Sbuah permintaan yang menyakitkan dan langsung ditolak mentah - mentah oleh sahabat saya. "mamaku cuma satu!" tangkisnya tegar saat itu. dan misteri> tentang gigi mamanya yang tiba2 ompong pd saat itu, barang - barang mewah yang hilang satu persatu mulai terkuak. Semuanya akibat ulah papanya juga.
Dan setengah frustasi ia juga berkata bahwa ia harus menanggung semua beban berat itu sendirian, kakaknya yang di luar kota tidak mau peduli dengan apa yang terjadi di rumah mereka.
Mamanya pun yang lemah lembut tak bisa berbuat banyak dengan kelakuan suaminya.
Ia cuma bisa pasrah, gigi yang ompong itu buktinya. Dan saya? hanya doa dan motivasi yang bisa saya berikan pada sahabat saya itu.
Toh, akhirnya doa saya dijawab Tuhan. ketika itu, menjelang kelulusan SMU, ia bercerita bahwa papanya sudah "sembuh" dan bertobat dan kembali ke pangkuan istri dan anak - anaknya. Entah bagaiman nasib the other woman itu. Sampai disini persoalan beres. Dan saya takjub dibuatnya sekaligus heran.
Bagaimana mungkin nasib sepelik itu bisa selesai begitu mudahnya? Nurani keadilan saya berontak. Saya tak habis pikir, begitu mudahnya mama sahabat saya itu memaafkan dan menerima kembali apa yang telah dilakukan suaminya setelah bertahun - tahun 'sakit'. Lagi, suaminya itu bukan hanya berkhianat tapi juga menyakiti fisiknya, merontokkan gigi - gigi depannya, tidak menafkahi keluarganya, dan nyaris mengosongkan isi rumah, dan beliau memaafkan suaminya begitu saja? suatu kenyataan yang tak banyak ditemui di masyarakat.
Perselingkuhan dan kekerasan rumah tangga bisa diselesaikan dengan hanya satu kata saja, CINTA. Maka menurut saya, papa sahabat saya adalah orang dengan cinta sebesar gunung, dan ketika dia meletus, laharnya kemana-mana, menghanguskan apa saja, melukai fisik, terutama hati istri dan anak - anaknya.
Mama sahabat saya adalah perempuan dengan cinta sebesar kuku. Memang cuma sebesar jari, tapi bila dipotong, atau bahkan jika jari itu cantengan, dan sang kuku terpaksa harus dicabut, meski sakitnya tak terkira, kuku itu akan tetap tumbuh dan tumbuh lagi.
Sebuah cinta yang mengagumkan dari seorang perempuan yang saya yakin tak cuma dimiliki oleh mama sahabat saya itu. Cinta yang terwujud dari tindakan agung, "MEMAAFKAN". Sebuah tindakan yang membutuhkan kekuatan besar dan energi banyak yang anehnya banyak dimiliki oleh
mahluk yang katanya lemah, Perempuan.

No comments: